ilustrasi |
Lima koperasi pesantren tersebut, yakni Darut Tauhid Kota Bandung, Al-Ittifaq Kabupaten Bandung, Al-Ashriyyah Kabupaten Bogor, Al-Idrisiyyah Kabupaten Tasikmalaya, dan Husnul Khotimah Kabupaten Kuningan, sudah memiliki produk unggulan yang mampu bersaing di pasaran. Kelima ponpes itu juga menjadi contoh atau role model bagi 1.074 ponpes yang ikut dalam OPOP.
Di Turki, kelima ponpes tersebut akan mengikuti 7th OIC Halal Expo dan 5th World Halal Summit 2019. Dalam dua event tersebut, mereka bakal memamerkan produk unggulan, memperluas pasar, diskusi, dan bertukar ide terkait kemandirian ekonomi ponpes maupun sertifikasi halal.
Kepala UPTD P3W Dinas KUK Jabar, Deni Handoyo mengatakan, penetapan lima ponpes tersebut sudah melalui sejumlah pertimbangan, khususnya produk yang dihasilkan. Dia juga mengatakan, jejaring bisnis dan ilmu yang mereka dapatkan akan disebar ke semua ponpes Jabar.
"Lima ponpes itu kita pilih untuk mengikuti pameran internasional di Turki dari 28 November sampai 1 Desember 2019. Target kita, salah satunya, gimana koperasi pesantren yang mempunyai keunggulan memamerkan produknya di event internasional," ucap Deni di kantor UPTD P3W, Kota Bandung, Selasa (26/11).
"Kami berharap pada pameran nanti, produk-produk unggulan ponpes Jabar dikenal di dunia internasional, khususnya Eropa. Dan mereka harus berbagi pengalaman dan jejaring bisnis yang mereka dapat di sana," sambungnya.
Sementara itu, Pengamat kewirausahaan, Wawan Dhewanto menyambut baik program One Pesantren One Product (OPOP) sebagai program yang diharapkan mampu memberdayakan ekonomi pesantren melalui peningkatan usaha pesantren dan koperasi pesantren.
Menurut dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB ini, program ini diharapkan membantu koperasi pesantren untuk memperluas akses pasar.
"Produk-produk koperasi pesantren yang mengikuti program OPOP dapat diklasifikasikan apakah cocok untuk pasar lokal, pasar nasional atau pasar internasional," katanya.
Perwakilan koperasi pesantren Al-Ittifaq Kabupaten Bandung, Agus Setia Irawan, mengapresiasi apa yang dilakukan Dinas KUK Jabar yang melibatkan koperasi ponpes di event internasional. Dia pun berharap produk-produk unggulan ponpes Jabar dilirik badan usaha yang berkunjung dalam pameran tersebut.
"Nanti akan ada pertemuan bisnis. Kami akan berharap ada kesepakatan bisnis dengan badan usaha di sana. Kami sendiri akan membawa produk unggulan di bidang pertanian, khususnya rempah-rempah yang memang menjadi primadona di Eropa," katanya.
Jika ada kesepakatan dan pesanan dari pihak lain, 91 ponpes Jabar yang memiliki produk di bidang pertanian bakal dilibatkan. Terlebih, kata Irawan, 1 ponpes rata-rata memiliki 2 hektare lahan tidak produktif. Yang berarti ada 182 hektare lahan yang dapat digarap untuk memenuhi pesanan nanti.
"Setelah melakukan survei, ada 91 ponpes yang memiliki produk di bidang pertanian. Jika ada kesepakatan bisnis di sana, kami tentu akan melibatkan mereka. Misal, 1 hektare lahan digarap 15 orang, berarti ada 1.000-an masyarakat yang diberdayakan," ucapnya.
"Selain fokus pada kemandirian ponpes, kami juga harus ikut menyejahterakan masyarakat sekitar. Salah satunya dengan itu tadi, menggarap lahan ratusan hektare yang dimiliki ponpes untuk pertanian," lanjutnya.
Potensi lima ponpes tersebut dalam membuat kesepakatan bisnis tergolong besar. Pasalnya, event yang digagas oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) tersebut memiliki daya tarik yang kuat. Pada 6th OIC Halal Expo, misalnya, jumlah pengunjung mencapai 38.750, dan menghadirkan sekira 6.100 Business to Business (B2B).
Selain di bidang pertanian dan perikanan, tiga ponpes lain membawa produk unggulan yang berbeda-beda. Koperasi Pesantren Darut Tauhid Kota Bandung akan membawa produk peci dan jaket. Kemudian, koperasi pesantren Husnul Khotimah Kabupaten Kuningan bakal memasarkan batik tulis, dan koperasi pesantren Al-Ashriyyah Kabupaten Bogor menawarkan produk kesehatan black diamond. [yud]
loading...
Post a Comment