0

Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mencabut sejumlah besar sanksi terhadap Suriah membuka babak baru dalam dinamika ekonomi kawasan Timur Tengah. Setelah lebih dari satu dekade berada di bawah embargo yang melumpuhkan, Suriah kini melihat secercah harapan untuk memulihkan perekonomiannya. Salah satu dampak langsung dari langkah ini adalah potensi pembebasan dana-dana milik warga, lembaga, dan perusahaan milik negara Suriah yang selama ini terjebak di sistem perbankan Lebanon.

Sejak krisis ekonomi menghantam Lebanon pada 2019, jutaan dolar dana milik warga Suriah mendadak tak bisa ditarik. Bank-bank Lebanon, yang sebelumnya menjadi saluran utama akses dolar bagi warga dan elite bisnis Suriah, lumpuh nyaris seketika. Deposit ditahan, transaksi dibekukan, dan tak ada kepastian hukum terkait akses terhadap rekening-rekening tersebut. Kondisi ini memperparah krisis di Suriah, yang pada saat bersamaan sedang bergulat dengan dampak sanksi internasional dan runtuhnya nilai tukar lira Suriah.

Selama bertahun-tahun, pemerintah Suriah kesulitan menjangkau aset-aset tersebut karena kombinasi tekanan sanksi dan hubungan diplomatik yang tegang. Namun kini, dengan dicabutnya sanksi oleh Washington, Damaskus memiliki ruang gerak yang lebih besar untuk menegosiasikan pemulangan dana-dana tersebut secara formal. Upaya ini sangat krusial dalam proses rekonstruksi nasional pasca-kejatuhan rezim Assad, yang menandai era baru dalam politik dan perekonomian Suriah.

Bank-bank Lebanon selama ini tidak berada di bawah aturan kontrol modal formal, menjadikan pembekuan rekening sebagai praktik yang tak dilandasi hukum yang kokoh. Warga Suriah, yang notabene bukan warga negara Lebanon, berada dalam posisi yang sangat lemah untuk menuntut hak mereka. Sebagian di antaranya bahkan dianggap mencurigakan secara politik, sehingga memperumit proses hukum yang hendak mereka tempuh untuk memulihkan dana.

Pembukaan kembali jalur keuangan lintas negara ini memberikan peluang luar biasa bagi pemerintah baru Suriah untuk mendapatkan akses langsung terhadap dana likuid yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan kembali infrastruktur dan layanan dasar. Uang yang sebelumnya terjebak di Lebanon dapat menjadi pendorong utama untuk memulai kembali roda ekonomi nasional yang hampir mati akibat perang dan blokade ekonomi.

Selain individu dan pebisnis, banyak lembaga dan BUMN Suriah yang menyimpan dananya di bank-bank Lebanon selama konflik berkecamuk. Ketika sistem perbankan lokal hancur atau tidak berfungsi, Lebanon menjadi satu-satunya jalan aman untuk menjaga kestabilan keuangan. Dengan dibukanya kemungkinan pemulangan dana, perusahaan-perusahaan milik negara kini bisa memulihkan operasionalnya secara bertahap.

Namun kebangkitan ekonomi ini tidak akan terjadi otomatis tanpa kesiapan institusional di dalam negeri. Pemerintah Suriah harus memperkuat sektor perbankannya sebagai prioritas utama. Ketergantungan yang berlebihan pada sistem perbankan luar negeri terbukti menjadi titik lemah fatal ketika situasi politik dan ekonomi berubah drastis. Sistem keuangan domestik yang kuat adalah fondasi dari kedaulatan ekonomi yang sejati.

Kementerian Keuangan Suriah perlu segera membentuk satuan tugas khusus untuk menangani pemulangan aset di luar negeri, khususnya di Lebanon. Mekanisme hukum lintas negara dan negosiasi bilateral harus dipersiapkan dengan matang untuk memastikan bahwa dana-dana tersebut tidak hanya kembali, tetapi juga digunakan secara transparan dan efisien untuk kepentingan rakyat.

Ke depan, perbankan Suriah harus mengalami modernisasi besar-besaran. Transparansi, akuntabilitas, dan sistem pengawasan perlu diperkuat agar mampu menampung aliran dana besar dari luar negeri tanpa menimbulkan distorsi ekonomi atau korupsi. Pengalaman pahit pembekuan dana harus menjadi pelajaran penting untuk tidak lagi mengandalkan negara tetangga sebagai penyimpan utama aset nasional.

Kondisi di Lebanon sendiri masih belum stabil. Meski bank-bank mulai kembali beroperasi secara terbatas, belum ada kejelasan hukum menyeluruh terkait status deposit asing yang dibekukan. Oleh karena itu, negosiasi pemerintah Suriah dengan otoritas Lebanon harus menyentuh dimensi politik, ekonomi, dan hukum sekaligus. Terlebih, pemulihan hubungan antara kedua negara masih dibayangi oleh ketegangan pasca-perang.

Bagi rakyat Suriah, terutama kelas menengah dan pengusaha kecil, pembebasan deposit ini bisa menjadi penyelamat. Banyak di antara mereka yang kehilangan akses ke dana simpanan yang selama ini mereka andalkan untuk bertahan hidup atau menjalankan usaha. Pemerintah harus menjamin bahwa pemulangan dana ini benar-benar menyentuh masyarakat luas, bukan hanya elite atau perusahaan besar.

Bank Sentral Suriah juga dituntut memainkan peran yang lebih aktif dalam menjaga stabilitas moneter. Salah satu dampak dari pembekuan dana adalah anjloknya nilai tukar lira Suriah dan lonjakan inflasi. Ketersediaan kembali cadangan devisa yang signifikan dari luar negeri akan memberikan ruang untuk memperkuat nilai tukar dan menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok.

Langkah Amerika Serikat ini juga dapat mendorong negara-negara lain untuk meninjau kembali kebijakan mereka terhadap Suriah. Jika proses pemulihan ekonomi berjalan lancar dan transparan, kepercayaan internasional terhadap sistem keuangan Suriah bisa tumbuh kembali. Hal ini akan membuka peluang investasi asing yang lebih luas di masa mendatang.

Namun risiko tetap ada. Beberapa negara mungkin masih menaruh curiga terhadap asal-usul sebagian dana Suriah yang disimpan di luar negeri, terutama yang terkait dengan rezim sebelumnya. Oleh karena itu, proses verifikasi dan pelaporan aset sangat penting dilakukan untuk memastikan bahwa pemulangan dana tidak menimbulkan konflik hukum atau reputasi.

Dalam jangka panjang, pembelajaran terbesar dari krisis ini adalah pentingnya membangun sistem ekonomi nasional yang tahan terhadap guncangan eksternal. Suriah tak bisa lagi menyerahkan nasib ekonominya kepada dinamika politik regional atau global. Kemandirian fiskal dan perbankan harus menjadi pilar utama dalam rekonstruksi nasional.

Kini, dengan momentum geopolitik yang mulai menguntungkan, Suriah berada di persimpangan yang menentukan. Jika bisa mengelola pemulihan ekonomi ini secara bijak dan inklusif, negeri itu bisa bangkit dari reruntuhan konflik menuju fase pembangunan yang lebih berkelanjutan. Tapi jika kesempatan ini kembali disia-siakan, masa depan ekonomi Suriah bisa kembali tenggelam dalam ketidakpastian.

loading...

Post a Comment

 
Top